5 Hikmah Rukun Sa’i Saat Ibadah Haji dan Umrah

Kategori : Umrah, Haji, Ditulis pada : 03 November 2023, 13:57:57

Berbicara mengenai ibadah haji dan umrah pastinya sangat menarik bagi kaum muslimin, apalagi untuk Anda yang sedang mempersiapkan diri untuk berangkat ke tanah suci. Banyak hikmah yang dapat Anda petik dari perjalanan ibadah haji dan umrah. Selain meningkatkan spiritualitas Anda, Anda bisa memaknai rangkaian ibadah yang Anda jalani saat di Baitullah.

Terutama saat menunaikan rukun-rukun haji dan umrah, diantaranya adalah sa’i. Sa’i adalah rukun ketiga setelah ihram dan thawaf. Serupa dengan rukun-rukun yang lain, sa’i memiliki karakteristik khusus dalam pelaksanaannya. Istimewanya lagi, Anda dapat memetik hikmah dari sejarah mengapa sa’i jadi rukun yang tak boleh Anda lewatkan.

16.jpg

Photo by Mohamed Nohassi on Unsplash

Secara bahasa, sa’i berarti usaha. Sedangkan rukun sa’i yang kita kenal artinya lari-lari kecil bolak-balik sebanyak 7 kali antara bukit Shafa dan Marwa, dimulai dari bukit Shafa dan berakhir di bukit Marwa.

Jarak antara bukit Shafa dan Marwa adalah sejauh 400 meter, jadi total jarak yang Anda tempuh  kurang lebih 3 kilometer apabila bolak-balik sebanyak 7 kali. Tentu saja, Anda wajib mempersiapkan kesehatan tubuh sebelum menjalani rukun ini. Misalnya, berolahraga secara teratur seperti berjalan sekian langkah per hari, jogging atau lari setiap pagi, atau lainnya yang dapat menambah kekuatan fisik Anda. Sehingga fisik Anda jauh lebih kuat ketika menunaikan rukun haji dan umrah seperti sa’i.

Sejarah Rukun Sa’i

Bila melihat sejarahnya, rukun sa’i ini bermula dari kisah Nabi Ibrahim ketika diperintahkan oleh Allah SWT untuk hijrah dari Palestina ke lembah tandus bernama Makkah. Waktu itu, merupakan hal yang berat untuk Nabi Ibrahim diperintahkan meninggalkan istri dan anaknya, Siti Hajar dan Ismail kecil di tanah yang gersang nyaris tanpa kehidupan di sana.

Siti Hajar hanya pasrah berjalan mengikuti suaminya, pun saat Nabi Ibrahim pergi meninggalkannya di tempat tersebut. Siti Hajar bingung dengan apa yang terjadi, berkali-kali ia menanyakan pada Nabi Ibrahim yang enggan menjawab. Sampai ia bertanya, “Hendak kemanakah Engkau, wahai Ibrahim?” Akan tetapi Nabi Ibrahim tidak menjawab.

Lalu Siti Hajar bertanya, “Kepada siapakah kami ditinggalkan di lembah ini? Apakah Allah SWT yang memberimu perintah, wahai Ibrahim?” Kemudian Nabi Ibrahim menjawab, “Ya, Allah yang memerintahku.” Dengan wajah yang bahagia kemudian ibunda Ismail menjawab, “Laa Yudhoiyyuna ya Allah,” yang artinya ‘Allah tidak akan menelantarkan kami.

Nabi Ibrahim pun kembali ke Palestina. Meninggalkan Siti Hajar dan Ismail kecil di lembah gersang tersebut karena Allah SWT. Ia mengembalikan segala urusan pada Allah. Siti Hajar, sebagai istri yang shalihah juga beriman kepada Allah SWT yakin bahwa dirinya akan ditolong oleh Allah.

Selama berhari-hari ia terus usaha untuk bertahan hidup dengan perbekalan yang ia bawa. Sampai suatu hari perbekalannya sudah habis, Ismail kecil juga terus menangis karena air susunya tidak keluar. Lalu, Siti Hajar kesana kemari mencari sumber air di antara dua bukit yaitu bukit Shafa dan bukit Marwa.

Siti Hajar berlari-lari kecil dari bukit Shafa ke bukit Marwa tanpa tahu di mana letak sumber air, hanya fatamorgana yang tampak. Ia bolak-balik sebanyak 7 kali, sembari terus memohon kepada Allah, yakin Allah akan datangkan pertolongan kepadanya. Tentu saja, Allah memberikan pertolongan-Nya di saat yang tepat.

Tak diduga, Siti Hajar telah berjalan bolak-balik Shafa dan Marwa, akan tetapi Allah justru hadirkan sumber mata air di bawah kaki kecil Ismail yang menendang-nendang, Sumber air tersebut sangat melimpah, bahkan sampai sekarang masih bisa Anda temuki yang dikenal dengan Air Zam-zam. Sungguh luar biasa, apabila Allah telah menghendaki apapun bisa terjadi.

pexels-pixabay-221189.jpg

Foto oleh Pixabay dari Pexels

Nama Zamzam juga memiliki kisah, disebut air zamzam karena sumber air itu terus memancar tiada henti bahkan diumpamakan kota Makkah akan tenggelam apabila hal tersebut terus terjadi. Maka, Siti Hajar berkata “Zamzam, zamzam!” yang berarti, “Kumpullah, kumpullah!’ sehingga mata air tersebut tetap memancar tetapi sesuai kebutuhan.

Hikmah Rukun Sa’i

Belajar dari Siti Hajar, ada banyak hikmah yang dapat Anda petik dari rukun sa’i. Ada nilai-nilai positif yang dapat Anda laksanakan dalam kehidupan sehari-hari.

Berikut beberapa hikmah yang bisa Anda pelajari:

Belajar Tentang Keimanan

Siti Hajar adalah salah satu hamba yang istimewa di hadapan Allah karena keimanannya. Ini terbukti dari reaksi beliau ketika Nabi Ibrahim mengungkapkan bahwa apa yang dikerjakannya adalah semata-mata perintah Allah SWT. Ia juga yakin bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakannya, walaupun secara kasat mata ia tinggal di tanah yang gersang saat itu.

Tawakkal

Siti Hajar juga menunjukkan betapa ia sangat tawakkal kepada Rabbnya. Berbeda dengan pasrah, tawakkal merupakan sikap menggantungkan segala apa yang terjadi menurut dengan kehendak Allah. Jadi, dalam sikap tawakkal juga ada peran ikhtiar Siti Hajar di dalamnya. Tugas kita adalah berikhtiar, tapi soal takdir Allah yang menentukan. Sehingga tetap bergantung kepada Allah sebagai satu-satunya pemberi pertolongan dan Yang Maha Berkehendak.

Mendahulukan Ikhtiar

Seperti pemaparan di atas, tawakkal tetap disertai dengan ikhtiar. Ibunda Siti Hajar memberi contoh bagaimana ia tiada berputus asa menemukan sumber air antara bukit Shafa dan Marwa. Ia terus bergerak tiada henti, menyertai keimanan dan sikap tawakkalnya untuk terus berusaha. Sehingga Allah berikan bantuan mata air zamzam di bawah kaki Ismail kecil.

Jika dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, Anda boleh berikhtiar dengan cara apapun selama itu dengan cara yang diridhoi Allah. Akan tetapi, kadang Allah datangkan penyelesaian dari arah yang tak disangka-sangka. Tidak harus dari apa yang Anda harapkan, tapi tetap yakin bahwa itulah yang terbaik versi Allah.

Ikhlas

Terakhir, dari rukun sa’i Anda dapat belajar tentang keikhlasan. Bagaimana Siti Hajar sangat ikhlas menerima ketetapan takdir yang Allah berikan, taat kepada perintah-Nya dengan ikhlas tanpa mengeluh saat ditinggalkan Nabi Ibrahim, ikhlas membesarkan Ismail, dan seterusnya. Tanpa adanya keikhlasan, akan sulit rasnya menerima ketetapan Allah, karena sifat manusia yang tak pernah ada puasnya.

Nah, itulah hikmah sa’i yang bisa Anda ambili dari kisah Siti Hajar. Semoga dapat menambah keimanan Anda, juga semakin bersemangat dalam menjalankan ibadah haji dan umrah. Semoga bermanfaat!

 

#JannahFirdaus #JannahFirdaus #TheBestTravel #UmrohTerbaik 

Chat Dengan Kami
built with : https://erahajj.co.id